Analisa BOW adalah sistem koefisien analisa harga satuan bangunan produk zaman hindia belanda yang banyak digunakan dalam menghitung RAB untuk pelaksanaan pembangunan zaman itu. seiring perkembangan zaman ternyata sistem analisa ini sudah tidak banyak digunakan karena sudah ada standar nasional indonesia (SNI) RAB yang memberikan nilai koefisien bahan dan tenaga terbaru menyesuikan perkembangan situasi pembangunan sekarang. berikut ini beberpa kekurangan analisa BOW untuk menghitung RAB sehingga sudah tidak digunakan, namun masih tetap digunakan untuk belajar di sekolah.
Kekurangan analisa BOW untuk menghitung RAB
- Merupakan produk lama yang belum di update menyesuaikan kondisi sekarang sehingga ada beberapa pekerjaan yang sudah berubah biaya pelaksanaanya.
- Adanya koefisien kebutuhan kepala tukang pada setiap pekerjaan, padahal dalam pelaksaanya belum tentu menggunakan jasa kepala tukang sehingga hasil perhitungan perkiraan RAB menjadi besar.
- Beberapa item pekerjaan baru saat ini banyak yang menggunakan bermacam bahan bangunan tipe baru maka belum ada dalam analisa BOW, jadi untuk menghitungnya harus melihat SNI RAB atau membuat analisa sendiri hasil penelitian pengamatan pelaksanaan pekerjaan.
- Beberapa instansi pemerintah maupun swasta lebih memilih menggunakan sistem harga satuan standar negara, sehingga kontraktor pemborong harus menyesuaikan dalam perhitungan.
- Perkembangan teknologi pelaksanaan konstruksi telah menghasilkan berbagai penemuan alat-alat proyek baru, seperti analisa berbagai macam alat berat yang belum ada dalam BOW.
Selain kekurangan tentu saja ada banyak kelebihan, oleh karena itu bagi yang hendak menambahkan alasan kenapa tidak lagi menggunakan analisa BOW dan apa saja kelebihanya silahkan dituliskan dibawah 🙂